Selamat Hari Dokter Nasional
Sedikit refreshing bagi yg lelah membicarakan persoalan yang (masih) hangat berlalu lalang di timeline. Mumpung spesial momennya.
Mungkin banyak orang merasa tanggal 24 oktober bukanlah tanggal atau hari spesial. Mungkin juga banyak yang merasa spesial karena tanggal tersebut menjadi tanggal ulang tahun atau tanggal pernikahan mereka. Tapi berbeda lagi bagi beberapa orang yang memang sudah mengabdikan dirinya tuk berada di jalur kemanusiaan dan selalu berupaya mengedepankan kesehatan pasien. Ya, hari inilah hari dokter nasional.
Dokter menurut KBBI adalah lulusan pendidikan kedokteran yg akhli dalam hal penyakit dan pengobatannya. Definisi tersebut tidaklah salah. Namun, sesempit itu? Saya kira tidak.
Masih teringat dalam benak saya ketika kita belajar sejarah, tercatat berapa dokter yang mengabdikan raga maupun akalnya ketika berjuang merebut kemerdekaan Indonesia. Sebagai contoh adalah dr. Sutomo, di mana beliau bersama rekan-rekan lulusan STOVIA mendirikan Budi Utomo, organisasi yang membuat Indonesia menghadapi suatu zaman, yakni pergerakan nasional. Contoh lain kita mengenal dr. Cipto Mangunkusumo, yang bersama Douwes Dekker dan Suwardi Suryaningrat adalah tiga tokoh pendiri Indische Partij. Tujuan partai itu adalah untuk mempersiapkan kehidupan bangsa Indonesia yang merdeka. Baik dulu maupun sekarang, dokter merupakan bagian penting dari pembangunan bangsa.
Selain itu, banyak sekali dokter dokter yang telah menahbiskan dirinya utk pengabdian. Terkadang dokter dokter tersebut tidak pernah mengharap materi. Sebagai contoh kita mengenal dr. Lie Dharmawan, yang mendirikan Rumah Sakit Apung, dan dokter dokter lain yang tidak bisa saya sebut namanya dan jalan hidup dokter lain yang tidak bisa saya sebut pula bagaimana perjalanan hidup beliau beliau.
Tidak masalah ingin jadi dokter seperti apa cita-cita kita kelak. Struktural, fungsional, laboratorium, dokter polisi, dokter militer, dokter enterpreneur. Carilah ilmu dan gapai apapun cita citamu.
Masih banyak tantangan yang sedang dihadapi dunia kedokteran. Pembukaan FK-FK baru, persebaran dokter yang belum merata, DLP, JKN, dll. Sudah sepatutnya kita sebagai mahasiswa kedokteran terus mengawal tantangan-tantangan tersebut dan jangan sampai kita menutup mata. Termasuk bagaimana keadaan negeri ini, kita mahasiswa kedokteran tak boleh sampai menutup mata apalagi hati.
“Dengan memberi, seseorang menjadi kaya” -Prof. Dr. M. Sardjito, M.D., M.P.H. Semoga niat kita menjadi dokter tak pernah lepas dari pengabdian dan kemanusiaan.
Selamat hari dokter, sejawat!
Daffa Abhista Wicaksana
Selasa, 24 Oktober 2017
p.s: mari jangan pernah berhenti mendoakan kawan mahasiswa kita yg masih dijadikan tersangka. Semoga Allah memberi segala yg terbaik bagi bangsa Indonesia dan para dokter secara khususnya.
Mungkin banyak orang merasa tanggal 24 oktober bukanlah tanggal atau hari spesial. Mungkin juga banyak yang merasa spesial karena tanggal tersebut menjadi tanggal ulang tahun atau tanggal pernikahan mereka. Tapi berbeda lagi bagi beberapa orang yang memang sudah mengabdikan dirinya tuk berada di jalur kemanusiaan dan selalu berupaya mengedepankan kesehatan pasien. Ya, hari inilah hari dokter nasional.
Dokter menurut KBBI adalah lulusan pendidikan kedokteran yg akhli dalam hal penyakit dan pengobatannya. Definisi tersebut tidaklah salah. Namun, sesempit itu? Saya kira tidak.
Masih teringat dalam benak saya ketika kita belajar sejarah, tercatat berapa dokter yang mengabdikan raga maupun akalnya ketika berjuang merebut kemerdekaan Indonesia. Sebagai contoh adalah dr. Sutomo, di mana beliau bersama rekan-rekan lulusan STOVIA mendirikan Budi Utomo, organisasi yang membuat Indonesia menghadapi suatu zaman, yakni pergerakan nasional. Contoh lain kita mengenal dr. Cipto Mangunkusumo, yang bersama Douwes Dekker dan Suwardi Suryaningrat adalah tiga tokoh pendiri Indische Partij. Tujuan partai itu adalah untuk mempersiapkan kehidupan bangsa Indonesia yang merdeka. Baik dulu maupun sekarang, dokter merupakan bagian penting dari pembangunan bangsa.
Selain itu, banyak sekali dokter dokter yang telah menahbiskan dirinya utk pengabdian. Terkadang dokter dokter tersebut tidak pernah mengharap materi. Sebagai contoh kita mengenal dr. Lie Dharmawan, yang mendirikan Rumah Sakit Apung, dan dokter dokter lain yang tidak bisa saya sebut namanya dan jalan hidup dokter lain yang tidak bisa saya sebut pula bagaimana perjalanan hidup beliau beliau.
Tidak masalah ingin jadi dokter seperti apa cita-cita kita kelak. Struktural, fungsional, laboratorium, dokter polisi, dokter militer, dokter enterpreneur. Carilah ilmu dan gapai apapun cita citamu.
Masih banyak tantangan yang sedang dihadapi dunia kedokteran. Pembukaan FK-FK baru, persebaran dokter yang belum merata, DLP, JKN, dll. Sudah sepatutnya kita sebagai mahasiswa kedokteran terus mengawal tantangan-tantangan tersebut dan jangan sampai kita menutup mata. Termasuk bagaimana keadaan negeri ini, kita mahasiswa kedokteran tak boleh sampai menutup mata apalagi hati.
“Dengan memberi, seseorang menjadi kaya” -Prof. Dr. M. Sardjito, M.D., M.P.H. Semoga niat kita menjadi dokter tak pernah lepas dari pengabdian dan kemanusiaan.
Selamat hari dokter, sejawat!
Daffa Abhista Wicaksana
Selasa, 24 Oktober 2017
p.s: mari jangan pernah berhenti mendoakan kawan mahasiswa kita yg masih dijadikan tersangka. Semoga Allah memberi segala yg terbaik bagi bangsa Indonesia dan para dokter secara khususnya.
Komentar
Posting Komentar