Mencuri Sepertiga Malam

Ditengah kesunyian malam yang mengerikan, ketika langit didekap selimut gelap dan matahari tidak menyisakan sedikitpun bias cahayanya, aku memperhatikan manusia memiliki perangainya sendiri, penguasa salah satu negri menghabiskan malamnya dengan pesta yang dihadiri famili dan manusia-manusia serakah yang hidup dari mengongkang-ongkangkan kakinya diatas rezeki orang lain, aku memperhatikan seorang ibu yang mengambil air rebusan beras dengan sangat hati-hati ke secerek cangkir dengan niat dapat menenangkan tangisan lapar manusia paling berisik di terataknya, beberapa pandanganku menangkap mereka yang pulas dalam tidurnya tidak ingin datangnya siang agar puas istirahatnya, ada yang geliat tidurnya justru tidak bersabar akan datangnya siang, bila kulemparkan pandanganku ke arah dengan cahaya paling hingar bingar malam itu maka ditampakkan padaku mereka yang masih memperharapkan untuk rezeki bahkan setelah raja siang matahari telah menuju pada sisi lain kehidupan, jangan tanya padaku bagaimana mereka mendapatkan rezekinya itu, aku tidak berani melemparkan pandanganku ke mereka selama itu.

Pssttt… diam dulu…akan kuberitahukan padamu sahabat, tentang rahasia terbesar zaman ini. Kuharap kau siapkan sabar dan teguhmu sahabat,

Sebentar lagi aku akan mencuri sepertiga malam terakhir.

Oh? Kau bingung kenapa itu disebut sebagai rahasia terbesar zaman? Aku tidak terlalu terkejut dengan bingungnya wajahmu dan tenangnya air mukamu. Di zaman ini, dunia telah benar-benar mempertunjukkan kefanaannya, memang sudah diketahui sejak zaman azali bahwa dunia tidak pernah sementereng dan sesuci itu, dunia hadir dengan dua bakat, bahwa ia bisa menawarkan perubahan unsur-unsur yang akan menciptakan ketenangan dalam hati, yang sering datang sebagai reaksi terhadap watak dan mengubah kesendirian menjadi keramahan, atau ia bisa menjadi prahara yang bisa mematahkan sayap-sayap manusia, karena manusia cenderung penakut dan pengecut, dan begitu manusia merasakan ada bangkitan atas prahara mereka akan keluar dari muka bumi dan mencari celah-celah bumi dan gua-gua untuk bersembunyi, jiwa mereka terlelap dalam keremangan gua-gua raksasa.

Kau tau kemana zaman dan manusia berkecondongan? Kuyakin kau sudah tau, dan itulah kenapa rencanaku dalam mencuri sepertiga malam akan terdengar asing dan konyol bagi zaman ini, karena tidak akan pernah diketahui rahasia apa yang disimpan sepertiga malam bagi mereka yang lelap dalam keremangan.

Manusia sering lupa bahwa malam bukan hanya tentang dekapan selimut gelap bagi manusia, saat malam datang, angin akan turun dengan sangat perlahan dari asalnya yang jauh meniup bulu-bulu mata dengan membawa segala pesan yang dititipkan padanya, semakin gelap malam segala rahasia dapat diusutkan satu demi satu, rahasia demi rahasia, itulah kenapa raja-raja terdahulu yang disebut hakim(pemilik hikmah) amat menyukai untuk menjadikan siang sebagai letaknya memimpin dan malam sebagai letaknya dalam segala peribadatannya kepada pemilik hati, karena mereka memiliki kesempatan dialog kepada pemilik rahasia yang segala pengetahuan hanya datang atas kehendakNya.

“Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berkata: ‘Siapa yang berdoa pada-Ku, aku akan memperkenankan doanya. Siapa yang meminta pada-Ku, pasti akan Kuberi. Dan siapa yang meminta ampun pada-Ku, pasti akan Kuampuni’.” (HR. Bukhari no. 6321 dan Muslim no. 758). Muhammad bin Isma’il Al Bukhari membawakan hadits ini dalam Bab ‘Doa pada separuh malam’. Imam Nawawi menyebutkan judul dalam Shahih Muslim Bab ‘Dorongan untuk berdoa dan berdzikir di akhir malam dan terijabahnya doa saat itu’.

Sekarang kau percaya bahwa rencana pencurianku ini akan menjadi rencana yang akan membuat seluruh generasi setelah kita takzim bahwa ternyata janji kehidupan untuk mereka telah dicuri? Mereka baru akan merasa kehilangan setelah nanti kepunyaan mereka tidak lagi dipunyai, lagipula penghidupan mereka seringkali tidak mengenal malam atau malam hanya sebagai perhentian sementara menuju siang yang mereka dambakan, tidak akan ada yang peduli kalau malam mereka berkurang sepertiga.

Setiap malam aku berusaha untuk mencuri waktu paling istimewa ini, waktu dimana denyut jantungku dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, waktu paling suci di dunia yang profan ini, niatku adalah mencuri sepertiga malam akhir, saat tidak ada yang terjaga, saat langit akan sekejap saja memejamkan mata karena tidak menerima cahaya. Niatku adalah mengikat waktu ini kepada sebuah ruang, konyol tapi sebenarnya waktu dan ruang berdekatan dan tidak pernah bermusuhan, karena kebetulan aku tinggal di tempat yang tidak banyak ruangannya akan kuikat atau mungkin lebih halusnya akan kuanyam waktu ini ke sebuah ruang yang jarang dipakai orang banyak, jendelanya akan kututup rapat dan kupaku luarnya, begitu juga dengan tirai akan kupasangkan tirai paling tebal dan paling hitam, agar sepertiga malamku tidak bocor kepada siang, entah hukuman apa yang menantiku apabila ketahuan mencuri sepertiga malam. Aku ingin waktu paling mustajab ini dapat kutemui kapan saja, hanya dengan semudah membuka pintu maka aku sudah berada dalam sepertiga malam, kapanpun pikiranku kalut aku hanya perlu pindah ruangan tempat sepertiga malam kutambatkan. Pasti akan tercipta tempat paling romatisku untuk bicara dengan pemilik hati, karena waktu paling dekat antara sang pencipta dan hambanya telah diikat pada ruanganku.

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar

Asyhadu allaa ilaaha illallah, Asyhadu allaa ilaaha illallah

Asyhadu anna muhammadar rosuulullah, Asyhadu anna muhammadar rosuulullah

Hayya ‘alash shalaah, Hayya ‘alash shalaah

Hayya ‘alal falaah, Hayya ‘alal falaah

Ash-Shalaatu khairum-minannaum, Ash-Shalaatu khairum-minannaum

Allahu akbar, Allahu kabar laa ilaaha illallah

Sudah sampai adzan subuh, pagi ini aku gagal mencuri sepertiga malam, rasanya keras sekali untuk memisahkan sepertiga malam terakhir ini dengan waktu yang lainnya padahal aku sudah terjaga sejak awal sepertiga malam, dimana letak keliru dari rencana pencurianku? Apakah ada pencuri sepertiga malam yang lebih lihai daripadaku yang menarik sepertiga malam ini kearah berlawanan dariku sehingga sulit sekali ia bisa kukumpulkan? Aku sudah yakin langit memejamkan matanya saat aku mencuri sepertiga malam dan dalam lapang pandangku tidak ada yang terjaga, ataukah lapang pandangku keliru dan ternyata banyak diluar lapang pandangku yang terjaga menjaga sepertiga malam? Aku tidak tau, tapi malam ini aku berlapang dada dan bertemu tenang.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merayu Kepulangan Matahari

Review Buku Tetralogi Laskar Pelangi