Ada Apa dengan Cinta

Ada Apa dengan Cinta

Cinta memang spesial. Untuk kids jaman now, cinta inilah yang hampir selalu diperbincangkan dengan bentuk yang berbeda-beda. Entah cinta monyet lah, cinta bertepuk sebelah tangan lah, cinta segitiga lah, segiempat, segilima, bahkan sampai cinta satu malam. Hmmm.

Lantas, begitukah cinta? Katanya, cinta itu bisa membuat duka menjadi suka, kecewa menjadi tertawa, dan luka menjadi bahagia. Katanya, cinta itu buta, karena tak mengenal rupa, yang penting rasa yang begitu luar biasa. Pun juga katanya, cinta itu seperti udara, tak bisa dilihat namun sepoi-sepoi rasanya. Ah, cinta memang kadang sulit terukur dan terukir dengan kata.

Lantas, salahkah kita bercinta? Eh, maksud saya, salahkah kita merasakan cinta dalam hati kita? Apakah harus dipendam rasanya? Ataukah harus diumbar begitu saja? Atau, bagaimana sebaiknya kita menyikapinya?

Yaa, memang begitulah cinta. Adalah fitrahnya manusia, ia bisa mencinta. Cinta inilah ruh dari setiap amalan. Cinta menjadi alasan kita dalam melakukan perbuatan. Tinggal, bagaimana kita menentukan pilihan. Mau yang kekal atau yang fana dan melenakan?

Dalam hadits, Rasulullah pernah menyebutkan, "Maa kaana lillahi abqaa" (Apa-apa yang karena Allah maka akan kekal). Maka, jika kita memang menginginkan cinta kita abadi, terjaga utuh, bersih nan suci, kembalikanlah cinta kita kepada Allah, Dzat yang cinta-Nya begitu luas, tak berbilang, tak berbatas. Dari situlah, cinta yang ada dalam diri kita tak akan menjadi cinta yang sia-sia, bertepuk sebelah tangan, ataupun cinta tak berbalas.

Lalu, bagaimana kita bisa menitipkan cinta kita kepada Allah? Nah, coba deh tanya dulu sama diri kita sendiri. Kenal gak sih kita sama Dzat yang kita tiap hari berdoa kepada-Nya? Kenal gak sih kita sama Dzat yang kita akui sebagai Tuhan kita, Pencipta kita, Pelindung kita? Atau kemudian, seberapa intimkah hubungan kita denganNya? Sebatas "teman ketika butuh" kah, atau mungkin "hubungan tanpa status" kah?

Hmm, gimana kita mau cinta kalo kita gak kenal? Padahal, cinta itu datang karena terbiasa, dan akan tumbuh bersemi ketika terus dekat dan bersama kan? Ya gak? Hehe. Kepada Allah pun juga begitu. Kenali Dzat-Nya, Sifat-Nya, dan segala tentang Dia, kita pun akan jatuh cinta. Hati kita akan dibuat meleleh syahdu oleh romantis-Nya. Yang tadinya penuh kecewa pun akan tentram dan bahagia. "Karena dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang", begitu Kalam-Nya.

Mengenal Allah memang suatu proses yang panjang. Tak hanya sebatas mata memandang, akan tetapi bisa jadi hingga usia ini pada batas ambang. Dan proses ini pun agaknya tak mudah kawan, karena kan selalu ada ujian, halangan dan rintangan. Pun juga, sebenarnya sih tak sulit nian. Hanya saja, apakah hanya Allah selalu yang menjadi tujuan.

Namun, hati kita pun seringkali dipenuhi oleh ragu. Entah kenapa cinta dalam hati masih terarah kepada hal yang semu. Katanya, "Aku tak bisa hidup tanpamu," padahal siapa yang memberi hidup jika bukan Dia yang kebesarannya tak kenal ruang dan waktu. Acap kali, sebenarnya banyak sekali ilmu yang kita ketahui, namun karena dunia yang ada di hati, kita abaikan peringatan dari Ilahi. Kita pun sebenarnya tahu, kepada Allah tempat mengabdi, bukan kepada dunia dan tetek bengeknya yang hina ini. Akan tetapi, kita malah tak mau berbenah diri. Apakah ini pertanda hati sudah mati?

Cobalah sesekali, kita renungi apa yang ada di sekitar kita ini.

Pernahkah melihat cicak di dinding? Mungkin saja ia tak ingin pada kakinya banyak sekali rambut halus yang membuatnya melekat tak bergeming, melainkan ia ingin punya sayap dan bebas terbang melengking. Atau, pernahkah melihat gajah yang besar dan kuat? Siapa tahu, di dalam hatinya, ia tidak ingin menjadi besar yang geraknya menjadi lambat, akan tetapi ia ingin seperti cheetah yang melesat cepat.

Namun, dengan cinta-Nya, Allah memberi pengertian kepada kita semua, ".... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia tak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui," (QS. Al-Baqarah (2) : 216)

Disinilah kebesaran Allah yang Maha Kuasa. Allah Maha Tahu apa yang terbaik bagi makhluk-Nya. Tidak terbatas pada manusia, pun juga hewan, tumbuhan, namun juga makhluk tak kasat mata. Dari situlah pula kita belajar untuk mengenal, memahami, dan meresapi dalam diri. Allah tidak pernah kita lihat, tapi dari tanda-tanda-Nya lah kita mengetahui. Dari penciptaan langit dan bumi, hingga apa yang terjadi dalam tubuh kita ini, kita dapat belajar untuk semakin dekat pada Ilahi, semakin tumbuh benih cinta suci dalam hati.

Karena pada hakikatnya, "Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi sesudah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti" (QS. Al-Baqarah (2) : 164)

Rasa berbunga-bunga ketika mengenal-Nya akan berimbas pada rasa rindu yang terus menggelora. Kalau sudah merindu, pasti sebentar-sebentar inginnya bersua dan berdua kan ya? Atau, seminimalnya saling bertukar kabar melalui media lah ya? Atau, hanya ngepo dan stalking ria? Maka, ketika seseorang sudah rindu dengan Rabbnya, pertemuan dengan-Nya menjadi momen yang sangat didamba. Ia menjadikan sholatnya adalah bentuk berdua-duaannya ia kepada Rabbnya. AI-Qur'an pun menjadi media interaksi dengan-Nya, yang dapat menghilangkan segala galau dan hampa. Hati menjadi penuh suka dan sejahtera layaknya membaca surat dari Sang Idola. Masya Allah, betapa begitu indahnya cinta yang dibalut dengan tunduk patuh pada-Nya.

Hmm, lantas, ada apa sih sebenarnya dengan cinta? Sepertinya, cinta ini semakin membingungkan saja. Emm, nggak ada apa-apa sih, hehe. Hanya saja, mungkin saja, ternyata kita pernah salah dalam bercinta, eh maksudnya dalam memahami cinta. Pun juga dalam merasakan cinta di dalam dada. Jangan sampai, kita malah berlama-lama dan terlena dengan cinta yang sementara, tapi kita melupakan dan tak menghiraukan hakikat cinta yang sebenarnya. Sungguh, kita kan merugi tak hanya di dunia, tapi juga di akhirat sana.

Terakhir, aku ingin mengucap sebuah doa. Semoga, cintaku, cintamu, dan cinta kita semua dapat mengantarkan kita kepada cinta-Nya, dan kelak kita akan bertemu dengan wajah-Nya dengan ridho-Nya. Sungguh, memandang wajah-Nya adalah nikmat yang tiada lagi nikmat setelahnya. Dan, oh iya, aku titip pesan juga ya. Jika nanti kalian tak menemukanku di surga, tolong cari aku ya :)

Ditulis oleh sahabat kita Muhammad Rouhun Munajih dari Pendidikan Dokter UGM 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merayu Kepulangan Matahari

Mencuri Sepertiga Malam

Review Buku Tetralogi Laskar Pelangi