Cuplikan Purnama, Juni 2020







Bismillah, sudah panjang waktu dilalui yang tak terekam tulisan, padahal manusia adalah kumpulan kisah dan ceritanya, panjang usianya ditentukan dari tulisan. Demikian, meskipun pandemi membuat perjalanan tak lagi nyaman, kerumunan tak lagi menyenangkan, pilihan logis ialah membatasi perjalanan diri, sehingga tampaknya sedikit cerita kan didapat sepanjang pandemi, akan aku lanjutkan kebiasaan dahulu berupa RK Story menjadi Cuplikan aku akan tiap purnama.
Juni, bulan yang enggan didatangi hujan, bulan yang bangga karena hangatnya. Tak banyak cerita tentunya bagi seorang tahanan rumah seperti aku yang enggan bepergian semasa pandemi bila tak ada misi, tapi disitulah perujiannya, bila dahulu banyak diri ini diberi ujian kesibukan yang menuntut berkembangnya kemampuan menata waktu dan tenaga. 4 bulan pandemi diri ini diberi ujian waktu luang, bukankah sabda nabi waktu luang termasuk nikmat yang paling sering memperdaya? Begitulah aku menilainya sebagai perujian.
“Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih dan orang-orang yang senantiasa ingat-mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.” (QS al-‘Ashr: 1-3)
Menjadi Seorang Pembelajar
Juni menjadi bulan lanjutan ujian sabar akan amanah terakhir mahasiswa pre-klinik yang tak kunjung dapat terselesaikan meski sudah dimulai 1 tahun setengah, sehingga yang terjadi ialah aku menjadi pelajar tanggung, dekat sekali dengan akhir, tapi harus menunggu situasi yang membaik, tak lagi dalam fasilitas belajar pre-klinik, namun tak juga terfasilitasi belajar klinik dari kampus. Untunglah ilmu tak bersangkar, ia bebas dan hinggap ke siapa saja yang mau merawatnya, dalam serba tanggungnya itu aku belajar kepada kampus terbaik nomor 74 di dunia, pikirku, daripada lalu saja waktu berlari di depanku, lebih baik kucari harta yang hilang dari kita, hikmah dan ilmu, 6 minggu mengikuti online course faculty of medicine, nursing and health science monash university, mirip seperti nama fakultasku yang panjang dan mencoba merangkul tiap jurusan. Tak mau menjadi tanggung, kuikuti course yang paling dasar, bagian pharmacy, yakni science of medicine, belajar pada tingkat chemistry nya hingga akhir dari tatalaksana penyakit. Tepat bulan ini kudapatkan sertifikat kelulusan online course tersebut, salah satu momen belajar yang sangat kusenangi. Pernahkah kawan mendengar atau merasakan sendiri momen musafir yang dalam panjang perjalanannya selalu menolengkan kepala, menyimak baik-baik tiap apa yang dilaluinya, hingga akhirnya, ia merasakan kebahagiaan, lebih tepatnya kelegaan dan ketenangan meski tujuan masih belum tercapai, yakni saat akhirnya ia bertemu masjid untuk segera mengingat Allah dalam rangkai shalatnya? Seperti itulah Aku bulan Juni, Pelajar tanggung yang mendapat kelegaan ilmu di tepi perjalanan. Saksikan aku bulan Juli.
Memungut Inspirasi
Jika ada yang berubah 4 bulan terakhir ini, ialah aku melepaskan hidupku dari panggung publik, tidak mengambil kesempatan apapun untuk bercerita bersama akal cemerlang dan idealis di kalangan mahasiswa, kenapa tidak? Jawabannya sederhana, karena pandemi, mengekangku menemui mereka secara zahir dan batin, dan aku terlalu konservatif untuk berbincang dengan mereka melalui kamera, ku tak ingin kesempatan bercerita menjadi khutbah. Satu kebersyukuran hadir di atas kebersyukuran lainnya, walau menolak kesempatan tersebut, tentu tak bisa disamakan menolak dengan berlepas tangan, pengalaman mengajarkanku menjadi seorang pemampu bagi yang lain, dan inilah kesempatanku belajar untuk menjadi dapat diganti dengan memampukan orang lain mengganti tempatku, alhamdulillah sempat beberapa orang ku sertai untuk menggantikan kesempatan tersebut, dan ada yang menjadikannya kesempatan pertama di panggung publik, ada pula yang menjadikannya kesempatan menajamkan keterampilan dan potensi menjadi seorang komunikator, alhamdulillah, manusia tak pernah habis, potensi mereka tak pernah surut, patah tumbuh hilang berganti.
Tentang Membaca
Jika ditanya apa yang paling menyenangkan beberapa purnama terakhir, ada 2 jawaban untuk itu, pertama kesempatanku belajar memasak makanan yang pantas dan layak, kedua kesempatan membaca lebih banyak lagi. Sama-sama tentang asupan, yang satu berproses menjadi energi sedang satunya berproses menjadi buah pikir. Pada kesempatan inilah baru kudapati pencapaian membaca tetralogi laskar pelangi, pantas andrea hirata membuka museum kata di belitong, betapa rapih tulisannya, betapa banyak perumpaan cerdas dan menggubah dari tiap halamannya, dan darinya kutelurusi lagi latar belakang melayu yang kaya dan dekat dengan syariat. Adapula buku luarbiasa lainnya, terlalu banyak cerita masing-masing buku tersebut bila ditempatkan pada cuplikan purnama juni, biar nanti kutuliskan saja di kesempatan lain, agar menjadi pengingat dan ikatan bagiku juga intisari buku-buku tersebut.


-Rizki Rinaldi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merayu Kepulangan Matahari

Mencuri Sepertiga Malam

Review Buku Tetralogi Laskar Pelangi