Manusia tak Bertepi
Manusia
harus ingat pada doa-doa lawasnya, meminta kepada yang berilmu, Sang mahabijaksana,
atas hati yang lapang gurun sahara, bukankah kepadaNya pernah manusia meminta
dipanjangkan sabarnya, ditajamkan akalnya, menjelma deburan ombak ketenangan
dalam tiap peribadatannya.
Duhai yang melekat padanya
kecenderungan pada berlepas diri terhadap bisikan jiwa akan pesan-pesan halus
yang rendah dan tercela. Berbalas perbuatan pada pesan yang membisikkan jiwa
bahwa kita adalah orang-orang lemah tak berdaya, korban dari kedurjanaan dan
wujud ketidakadilan, sehingga telah menjelma rupa akan jiwa yang nafsu ammarah
bi suu’ berada pada pribadi yang terganggu pikirannya, rendah moralnya dan
meracau perkataanya; sedang rupa akan jiwa yang penuh penyesalan berada pada
kelalaian sikap yang sering terlepas dari janji ucapannya, sering didapatinya
dirinya dalam kelinglungan dan kesedihan.
Duhai saudaraku, maka kembalilah kepada
fitrahnya jiwa. Manusia harus ingat pada doa-doa lawasnya. Bukankah kepada Sang
penggores pena takdir pernah engkau meminta dijadikan hati-hati yang mengikat
persetiaan kepada syariat-Nya. Mulailah berhati-hati dalam tutur kata, kata
ialah jembatan akal dan jiwa, tutur yang tak tertata dapat mengganggu ketenangan
jiwa. Himpunlah kekuatan batin untuk menghalau pesan-pesan rendah dan tercela.
Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q. S. al-Syams [91]: 7-10).
Perlahan demi perlahan dapatilah diri
menjadi menjadi pribadi yang tak mengenal kecewa dalam kebaikan, tak gentar
dalam perujian. Bukankah tiap-tiap perujian merupakan guru terbaik yang Ia
turunkan kepadamu? Dinilainya engkau apakah dapat mengambil harta yang bertebaran
didunia, yaitu hikmah. Manusia harus ingat pada doa-doa lawasnya, meminta
perkukuhan ikatan dan kekalnya kemesraan hati-hati yang tenang, tenang akan
peribadatan kepadaNya. yang tenang akan janji-janjiNya, bertambah terus
nikmatnya akan kebersyukuran kepadaNya.
Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS al-Fajr [89]: 27-30).
Sesungguhnya, pada mereka yang
ingat, yang senantiasa menjelma deburan ombak ketenangan, tampak sajak terbaik
dimatanya, mata yang memandang harapan, dari situlah mereka menjadi manusia tak
bertepi, tersampaikan pada mereka bahwa, mereka adalah narasi yang tak abis
diceritakan semesta, meski waktu meminta akhir, mereka tak bertepi. Karena ingat
akan doa mereka dan janji-janji ﷲ
-Rizki Rinaldi
Komentar
Posting Komentar