Berkawan


 Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, ke bukit sama mendaki, ke lurah sama menurun, pada yang datar sama melenggang
      


     Kita pernah mengeluh, pernah menderita, tetapi tiada suka penderitaan dan keluhan itu diketahui orang yang belum kita kenal, karena itulah kelemahan kita. Tidaklah berani kita, melanjur-lanjurkan mulut, membuka rahasia sendiri atau pendapat pikiran yang sulit kepada seorang yang belum pula kita kenal. Namun, kalau disembunyikan saja, tidak dibagi-bagi kepada orang lain tentang kesusahan yang menimpa, atau tentang kegembiraan yang baik, gila pula rasanya.
   Baru kita berani membuka ikhwal kita, kalau kita pandang bahwa dari padanya kita akan memperoleh obat jiwa. Dan obat itu tidaklah didapat kalau tidak dari seorang kawan yang ikhlas dan jujur. Dan hubungan tiada pula akan ada kalau tidak kenal satu sama lain, kenal yang sebenar-benarnya. Kenal yang sedekat-dekatnya. Suara hati sama, timbangan akal sama, sakit-sesakit, senang-sesenang, itulah berkawan.
     Kawanlah yang dicari oleh tuan seperti mencari uang. Tuan berhilang-hilang tempo, berhabis-habis hari menambah kawan, ialah teman sejawat untuk menumpahkan rasa hati, bertambah satu kawan, berarti satu pintu kesucian telah terbuka, dapat dua kawan, dua pintu telah terbuka, tiga kawan, tiga pintu pula telah terbuka…
    Maksud berkawan bukanlah hendak berkumpul-kumpul dan bercengkrama saja, untuk berenak-enak makan dan berpuas-puas minum. Bukan supaya berganti-ganti membayarkan kawan di kedai. Kalaupun hanya sampai demikian yang disebut berkawan, maka tukang-tukang copet, pencuri, begundal, parewa, bukan main erat persahabatannya. Sampai apabila yang satu telah di hotel rodeo, yang bebas membelanjai anak istri si kawan.
     Maksud berkawan ialah sama-sama pula memperluas tujuan hidup, mendekatkan satu jiwa dengan yang lain, yang telah bertemu kecocokan di dalam satu perkara, dan pada perkara yang lain dapat pula didamaikan. Apabila terdapat kesalahan pada lawan, maka yang muncul niat melepaskan sakit hatinya dengan membongkar-bongkar salahnya, hina lah dia, tetapi apabila salah nya berletak pada kawan, dapatlah sang kawan ditegur terus terang, jujur dan ikhlas.
            Adakala kita bersalah, Allah datangkan kawan untuk menegur kita, Adakala kita betul, Allah datangkan kawan yang patut ditegur, Adakala kita diuji, Allah datangkan kawan untuk bantu kita, Adakala kawan kita diuji, Allah beri kekuatan untuk kita bantu dia, Jadi hargailah kawan, mungkin karena dia, kita ke surga -Buya Hamka
     Untuk menghilangkan kecanggungan setibanya penduduk negeri Mekkah yang hijrah ke Madinah, di tempat kediaman itu Rasulullah mempersaudarakan diantara orang yang baru pindah dengan orang yang ditempati. Diperhatikannya mana yang cocok pergaulannya, lalu dipersaudarakan. Lantaran persaudaraan diantara kawan-kawan baru tersebut, berdirilah di Madinah masyarakat yang tinggi nilai dan budinya, yang satu sama lain telah teguh tali setia, percaya mempercayai, dan dapatlah seorang mengadu ke yang lain rahasia hatinya, tempat meminta buah pikiran dan nasehat. Apabila yang satu condong, ditegakkan yang satunya, bila sempat “terpeleset” di tegur lah pada yang baik.
  Kiat mengekalkan perkawanan telah disusun orang-orang berbudi tinggi terdahulu, supaya perkawanan kekal dan lama usianya, sampai hancur tulang dikandung tanah, hendaklah tuan ketahui, tuan berkawan pada manusia, bukan malaikat. Tentu kesalahan akan ada pada kawan, kalau tuan hendak berkawan pada yang tiada salahnya, putuslah terus perkawan lantaran memang selalu ada kesalahan, alamatnya tidak akan tuan mendapat kawan. Dan yang pandai mengambil hikmah sering berkata bahwa perkawanan yang kekal ialah jika tiap pihak sudi berkorban untuk yang lain. Janganlah seorang saja, berkawan jangan karena mengharap apa-apa, dan berkawan jangan karena takut apa-apa.


-Rizki Rinaldi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merayu Kepulangan Matahari

Mencuri Sepertiga Malam

Review Buku Tetralogi Laskar Pelangi