Inikah Namanya Cinta Part 2
Kalau kita kepada Allah dan Rasul-Nya, maka itu namanya cinta. Berbeda kalau kita kepada sesama manusia, maka itu namanya jatuh cinta. Dan hakikatnya, yang namanya jatuh itu pasti menyebabkan luka -(Gus Riyan, dengan sedikit penyesuaian)
Agak lucu jika kita
melihat di media sosial tentang percintaan anak muda. Ada yang sudah berkorban
ini itu tapi akhirnya ditinggal jua. Ada yang merasa si dia adalah segalanya
tapi ternyata dia tak merasakan sebaliknya, cinta bertepuk sebelah tangan
katanya. Ada yang sudah lama merajut cinta, merasa bahagia dengan dirinya, tapi
ternyata cintanya bermain di belakang dengan orang ketiga. By the way, kamu termasuk yang mana? Atau yang jalannya sama kamu,
nikahnya sama teman kamu hehe 😊.
Tapi, lagi-lagi, aku tak
ingin membicarakan tentang cinta ini. Bukannya terlalu remeh jika cinta hanya
digambarkan sejoli antara wanita dan lelaki? Padahal, ada cinta yang lebih
besar dan lebih abadi. Bukan cinta yang sehidup semati, melainkan cinta yang
akan hidup, bahkan setelah kita mati.
Dengan contoh-contoh
yang disebutkan diatas, coba kita lihat bagaimana pola cinta itu melintas.
Setiap merasakan cinta kepada seseorang, pasti dia ingin cintanya berbalas.
Berbagai cara dilakukan agar terlihat bahwa cintanya memiliki kuantitas dan kualitas.
Padahal, ya belum tahu apakah diterima ataukah malah terhempas.
Kau tahu, cinta yang
abadi pun juga begitu. Alhamdulillaah, sangat bersyukur jika rasa cinta kepada
Allah masih ada dalam qalbu. Tapi pertanyaan berikutnya, apakah cinta kita
kepada-Nya berpadu, ataukah hanya hal yang semu? Maka kemudian introspeksi diri
menjadi hal yang sangat perlu. Tidak hanya kita merasa cinta pada-Nya, lalu
sudah, hanya begitu saja berlalu.
Ada beberapa tanda bahwa cinta kita dibalas oleh Allah 'azza wa jalla. Pertama, Allah akan membimbing hamba yang dicintai-Nya. Kedua, Allah akan mengumpulkannya dengan orang yang saling mencintai karena-Nya. Dan yang ketiga, Allah memberikan ujian dalam kehidupan kita.
Ketika kita dalam
bimbingan Allah, bukan berarti kita selalu benar dan tidak berlaku salah.
Karena kurang dan cela dalam diri manusia adalah suatu hal yang lumrah. Meski
begitu bukan berarti terus menerus salah arah, akan tetapi Allah memudahkan
jalan hidayah agar kembali ke jalan yang fitrah.
Kemudian, dikumpulkan
bersama orang yang saling mencintai karena-Nya, merupakan anugerah yang sangat
hebat. Sebenarnya, cinta karena Allah adalah faktor yang menyebabkan cinta
mudah melekat. Betapa tidak, kalau hanya saling mencintai karena paras, harta,
atau pangkat, maka ketika semua itu hilang, akan tak ada lagi cinta terikat.
Tapi coba lihat cinta yang dibangun oleh para Sahabat. Meskipun kadang cintanya
di dunia tidak terlihat, akan tetapi ternyata dapat mengguncang akhirat.
Tanda berikutnya bahwa
Allah cinta kepada hamba-Nya adalah dengan memberikan ujian. Eits, jangan kira
ujian itu pasti hal yang mengarah kepada keburukan. Prestasi yang diraih, harta
yang berlebih, hingga menjadi pemimpin terpilih, itu juga bentuk ujian yang
malah seringkali melenakan. Bukannya bersyukur kemudian, tetapi malah muncul
kesombongan. Betapa buruk jika perangai kita demikian.
Apapun bentuk ujian,
haruslah kita hadapi dengan sabar. Begitulah cinta-Nya Allah kepada kita, tak
ingin hamba-Nya terlepas dari jalan yang benar. Dia akan cemburu jika cinta
kepada-Nya bukan yang paling besar. Maka, ujian sebagai jalan agar manusia
kembali tersadar. Dan kemudian dengan nama-Nya, ia berikrar.
Laa ilaaha illallah. Aku
bersaksi dan berjanji, bahwa tidak ada Ilah yang lebih aku cinta, takut, dan
harap, kecuali Allah yang aku tunduk menyembah-Nya. Semua cinta yang kumiliki,
ku titipkan kepada Yang Maha Memiliki. Semua ketakutan yang ada pada diriku,
kusandarkan kepada Yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Semua angan-angan dan
cita-cita, ku pasrahkan kepada Yang Maha Kuasa. Tidak lagi kemudian berkata,
"Aku tak bisa hidup tanpamu" melainkan akan berkata, "Hidup dan
matiku, hanya untuk Rabbku"
.
Maka, sudah adakah tanda-tanda cinta-Nya pada diri kita? Inikah yang namanya cinta?Ditulis oleh saudara saya yang sering singgah di lebah-vs-tikus, saudara Rouhun Munajih, tulisannya sangat menggambarkan dilema saat ini, terutama bagi pemuda berhati yang tak terlalu lapang yang saat ini bahkan menimpa tanggung jawab cinta kepada Allah, Rasul, dan Keluarga masih perlu terus diperjuangkan
Komentar
Posting Komentar