Salah Menertawakan


"Haha. Aku? Jadi duta shampoo lain?"
(Sigh)

Ngapain ketawa woy!
Emang produk "itu" ada sertifikat "terbaik" kualitasnya?
Enggak bro!
Kacamatanya beda!
Maksudnya? Well, pernah nggak lu di situasi dimana lu ngerasa pendapat lu paling bener di antara yang lain? Entah itu di rapat, diskusi, tutorial, or sejenisnya yang harus ada kesepakatan. Pernah?
Asal lu tau aja ya, temen lu yang lu anggep pendapatnya "salah" itu dia sendiri menilai "benar" apa yang disampaikannya. Kok bisa? Ya karena kacamatanya beda dari lu!

Standar kebenaran kita itu sesuai dengan paparan yang kita terima dari hari ke hari.

Lu kuliah di kampus X dengan dia yang kuliah di kampus Y itu punya dosen yang beda! Ilmunya bisa jadi sama, tapi penafsirannya belum tentu sama.

Akhirnya.... standar "paling" benernya jadi berbeda. Karena sesuai "doktrin" yang dimasukin ke kepala lu oleh dosen kampus masing2.
Well, itu cuma perumpamaan sederhana aja ya dari hal yang ingin kusampaikan.

Agak sensitif, tapi bismillah!
Yaitu tentang aliran/madzab/golongan/ormas dalam tubuh agama rahmatan lil alamiin. Agama Islam. Yaaa... yang kita tahu ada banyak. Tapi kita sepakati dulu bahwa pedoman utama dari semuanya itu sama, yaitu Al-qur'an, yang kemurniannya terjamin karena Allaah sendiri yang jamin sehingga standar kebenaran tertinggi umat Islam itu adalah Alqur'an. Oke, gak perlu perdebatan.
Then, lanjut ke hadits sebagai warisan Rasulullah. Well, ada juga kriteria hadits shahih dan da'if, so, yang shahih itu standar kebenerannya juga tinggi. Tapi eits, Allah juga jaminkah? Enggak! Yang dijamin itu cuma Alqur'an.

So, meskipun hadits2 shahih itu dibukukan dan bisa ditelusur sanad dan perawinya, tetapi mereka sudah almarhum bro!
"Ada buktinya kok, ada bukti hitam di atas putihnya."
"Iya, emang ada. Tapi balik lagi di perumpamaam awal, ini bukan tentang ilmunya yang sama, tapi penafsirannya!"
Zaman udah berubah bro!
Arab zaman Rasulullah beda sama Arab zaman kita. Situasi dan kondisinya udah nggak sama. Jadi penafsiran tekstual ke konseptualnya jelas berubah.
Pun, Alqur'an yang dijamin kebenarannya aja juga masih ada orang yang menafsirkan berbeda2. Apalagi hadits. Iya kan?
Kenapa di sini bahas hadits? Kok nggak perbedaan penafsiraan Alquran aja?
Well, karena hadits itu berwujud praktik. Jadi bisa dilihat. Kayak tata cara sholat, berdoa, berwudhu, dll. Dan ini yang sering jadi alasan kita sesama muslim yang beda aliran/madzab/golongan jadi bermusuhan.
Balik lagi di awal, kacamatanya itu beda! Lu yang dibesarkan di lingkungan NU punya standar kebenaran yang berbeda dengan dia yang dibesarkan di lingkungan Muhammadiyah. Standarnya sesuai penafsiran dan pilihan2 hadits yang "didoktrinkan" dari kecil sampai sekarang oleh guru/ustadz/kyai masing2.
So... ya pasti ada perbedaan lah. Pun juga yang dibesarkan di lingkungan wahabi, HTI, salafi, dll.
Kacamatanya berbeda, standar kebenarannya juga berbeda, it's okay, asal tidak manyalahi hal yang pokok/asas/prinsip dalam syariat Islam, yaitu tauhid.
Harusnya nggak jadi masalah. Toh kita juga gak bisa memvalidasi mana yang paling bener to. Lha wong gold standardnya itu Rasulullah. Beliau sudah wafat. Tinggalam yang berupa lembaran2 hadits itu cuma valid di tingkat tekstual, nggak sampai konseptual.
Kan bisa validasi ke Allaah? Weh, gimana broo?!?!? Allaah berbicara sama kita? Siapa kita?!?! Wkwk.
Cuma Nabi Adam a.s., Nabi Musa a.s. dan Nabi Muhammad SAW yang pernah secara langsung berdialog dengan Allaah SWT. Dan masa kemukjizatan itu udah berakhir lama.
So, inti dari ini semua. Yuk kita tingkatkan lagi tenggang rasa/toleransi dengan sesama kita. Allaah udah janjikan kokbahwa permasalahan2 tersebut akan disingkapkan di akhirat kelak. Jadi gak mungkin sekarang, gak mungkin yang ngerasa paling bener sekarang divalidasi oleh Allaah di dunia.
Tugas kita sekarang adalah bersatu. Merapatkan shaf kembali (QS. As Shaff: 4). Karena musuh kita itu bukan saudara kita yang berbeda golongan/aliran/madzab. Tapi musuh kita adalah syaithan, dari golongan jin dan manusia (QS. An-Naas: 6).
Fitnah terbesar akan segera hadir. Pemimpin dari pemimpin syaithan di akhir zaman yaitu dajjal akan datang. Mari kita bersama-sama meraih janji Allaah SWT akan kemenangan Islam sekali lagi di akhir zaman dan dikumpulkannya kita di surga!
So, stop menertawakan perbedaan dengan kacamata yang kita berlainan, mulailah menertawakan diri sendiri yang masih merasa paling benar di antara yang lain. Mari kita bersatu atas persamaan, atas persamaan kalimat Lailahaillalahmuhammadurrasulullah!

Allaahu Akbar!

Terimakasih kepada mukhlas yang sudah curhat di sarang lebah kita yang sederhana ini.
Gak usah sopan2 lah kalau mau temenan wkwk. -Mukhlas 2019




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merayu Kepulangan Matahari

Mencuri Sepertiga Malam

Review Buku Tetralogi Laskar Pelangi