Tenggelam dalam Langit Pengharapan Bagian Kedua
Pengajaran engku haji ke rang kayo sudah selesai, padanya
rang kayo belajar agama, diajarnya muamalah, ilmu tentang keadaan hati, khauf,
raja’, ridha, keikhlasan dan kejujuran pada diri rang kayo, diajarnya
sejarah peradaban, nabi-nabi, dan bagaimana sahabat menyiarkan islam, diajarnya
hukum agar adil masyarakat disekitarnya. Engku haji sebenarnya tidak terlalu
senang jika rang kayo hanya belajar padanya dan beberapa guru di ujung pulau,
hendaknya rang kayo mengikut pada perjalanan ke mekkah dan madinah, tapi karena
engku pun tau tentang qadar dianggapkannya bahwa perjalanan rang kayo saat
inipun takdir Allah, tak bisa dicampuri, cukup diikhtiarkan dan ditawakkalkan.
Dengan dianggap tuntasnya pembelajaran rang kayo, kembalilah
rang kayo ke asalnya, sepucuk jambi sembilan lurah, di desanya batin duo belas,
tempat paling berpengaruh daripada lurah lainnya, tempat ayahnya menjadi
saudagar besar walaupun orang luar, tempat rajo paduko berhalo yang baru, datuk
temenggu mato merah memimpin jambi.
Rang kayo, yang sudah 7 tahun dirantau bukan tak ingat lagi
tentang batin duo belas, melainkan batin duo belas yang telah berubah menjadi
sangat ramai dan riuh, pemandangan serupa diliatnya juga sebelumnya sewaktu
melewati tujuh koto, sembilan koto dan lubuk niur. Rang kayo yang lama di
samudra pasai sebenarnya tidak kaku melihat kemajuan seperti ini, tapi dari
perubahan inilah dia memahami semua menua dan mendewasa, begitu juga peradaban.
“Terangkanlah, ayah, terangkanlah kembali prihal cita-cita
ayah kepada rang kayo terhadap negeri ini, negeri yang bukan ayah berpunya,
orang luar yang besar di negeri ini karena berdagang” ujar rang kayo kepada
ayahnya yang telah banyak menjadikannya rang kayo seperti sekarang, yang
mengirimnya belajar agama, dan yang memulangkannya juga.
“ayah tidak lahir disini, tapi engkau rang kayo, lahir diatas
tanah ini, ayah hanya bergelar saudagar disini, tapi bila bijak jalanmu dan
adil pikiranmu, tentu kan kau dapat gelar terhormat di negeri ini, bertuah ayam
ada induknya, bertuah serai ada rumpunnya, bertuah rumah ada tuannya, bertuah
kampung ada penghulunya, bertuah negeri ada rajanya, bertuah iman ada jemaahnya.
Ayah hendak ilmu mu kau pakai makmurkanlah jambi ini, inilah fardhu kifayah,
bila masyarakat tak ada yang menjalaninya berdosa seluruhnya, engkau makmurkan
dengan akalmu, dengan darah muda mu,biar mengalir darah panas masa muda itu”
“ayah, kenapa air wajahmu? Rang kayo hanya meminta penerangan
atas cita-cita ayah terhadap rang kayo, telah habis murung rang kayo, segala
peneranganmu ada benar manfaatnya, bahkan bila salah pun, masih lebih
bermanfaat daripada benarnya rang kayo, jangan surut murung rang kayo banjir
pula murung ayah” entah kenapa rang kayo dibuat bingung atas kesedihan yang
terlintas di air wajah ayahnya.
“waktu ayah tak panjang begitu vonis tabib, harta yang telah
dikumpulkan sedikitnya telah disiapkan untuk engkau, sebagian besarnya kepada
masyarakat, bagaimana ayah tidak bermurung dan bermenung, bagaimana hati
tidakkan berat. Kecil engkau kupangkukan, kubesarkan, kemudian kukirimkan
engkau untuk berilmu, hanya budi bahasa yang mempertalikan kita, akan begitu
jauh perjalanan yang akan kau jelang, belum tentu dan belum pernah diturut,
sedang waktu ku tak lagi banyak, maaf ayah baru sampaikan perihal kesehatan
ayah ini”
“lebih baik kita tekankan perasaan hati ayah, karena tidak
dapat selama-lamanya di dunia ini orang
yang tiada bersedih hati akan berpisah-pisah. Maka putuskanlah mufakat diantara
kita agar rang kayo capaikan cita-cita ayah untuk menjadi penyambung
kebijaksanaan rajo paduko berhalo temenggu mato merah dengan ilmu agama,
biarlah rang kayo beberapa bulan disini terlebih dahulu merawat ayah sambil
belajar ilmu masyarakat, agar beroleh hati masyarakat” getir sesungguhnya
kata-kata rang kayo, tak pernah disadarinya kesehatan ayahnya terus berkurang
hingga vonis tabib tak akan panjang lagi nafasnya, mungkin kalau tak
dirahasiakan ayahnya tak akan pernah rang kayo bersurat menyatakan hendak ke
gurun arab, tak akan ditunggu rang kayo selesai pembelajarannya dan pasti akan
langsung berpulang ke batin duo belas dirinya.
Komentar
Posting Komentar