Pribadi Pemberani

Beranilah

Pernah diri ini menyimpan tanya. Siapakah pemberani itu ? apakah arti keberanian ? berani berkelahi, mengadu tinju ? apakah sudah bisa disebut berani ? apakah tentara di medan perang semuanya insan pemberani ? bukankah pengecut pun juga bisa menghadapi musuh dengan tangan memegang bedil, meski mengigil ? tetapi banyak pula pejuang kemerdekaan berani menghadap musuh meski hanya berbambu runcing.
Pribadi yang berani adalah yang sanggup menghadapi segala kesulitan atau bahaya dengan tidak kehilangan akalnya
Berani bukan tentang siapa, tidak hanya di medan perang keberanian terukur, bukan saja nelayan ikan dengan perahu kecil menghadap ombak dan gelombang besar yang harus berani, melainkan semua orang harus berani berjalan dan hidup. Hidup adalah rantai kesulitan yang sambung menyambung, tak dapat dielakkan bahwa hidup selalu berisi kesulitan. Kesulitan tak dapat ditolak dan hanya dapat dilalui dengan hati yang tabah. Dan disitulah keberanian menunjukkan kesanggupan manusia menghadap menghadap hidup meski diisi susah maupun mudah. Pada saat kesulitanlah dapat diliat mana pemberani dan mana pengecut, mana si yakin dan mana si ragu-ragu, mana yang besar jiwanya dan mana yang masih teramat kecil jiwanya.
Dan selama keberanian suatu bangsa masih membara, masih kan maju suatu bangsa, oleh karena itu bangsa Jerman selalu bangkit meski selalu kalah dalam perang dunia, keberanian bangsa jepang membuatnya bangkit meski bom atom meletup dikotanya. Ketika bangsa barat menjajah bangsa timur yang ditakutkan oleh penjajah ialah timbulnya kesadaran kolektif dimasyarakat, timbulnya keberanian untuk menentang kesulitan dan perjuangan merubah nasib.
Plato mengatakan bahwasanya filsuf, ulama, seniman. penulis dan sebagainya ialah emas negara. Mereka yang akan mengisi jiwa dan demokrasi dalam kemajuannya mengakui hak manusia, orang bebas dari rasa takut dan kemiskinan, mengisi kemerdekaan. Akan tetapi kewajiban emas negara hanya dapat dicapai jika telah lepas emas tersebut dari jiwa penakut dan segan-segan, memang tidaklah lagi takut pada penindas dan perebut kemerdakaan, tetapi takut terhadap penilaian orang banyak terkadang lebih membunuh dari pada takut merebut kebebasan, “Si pengekor orang banyak tidak akan jadi orang besar”
Berani yang benar adalah berani yang berilmu. Jika kali panjang sejengkal tidaklah berupaya menduga laut. Berani pun juga bukan hanya berani menerima kemenangan, namun juga berani menerima kekalahan, tidak cepat bergembira ketika mendapat untung dan tidak pula sedih ketika mendapat malapetaka. Orang yang berani memanjat harus berani jatuh, kejatuhan hanyalah hal yang biasa dalam hidup. Orang-orang akan menunggu, akan bangkit lagikah kita setelah jatuh atau tetap rebah dan tak bangkit lagi. Keberanian juga bukan soal hanya berani menyerang, tetapi juga ketika bertahan. Keberanian bukan hanya ketika mendaki, tapi juga menurun.
Tanda berani adalah sikap yang tenang. Sehebat apapun yang kita hadapi kesadaran kita akan harga diri lah yang membentuk keberanian. Tidaklah berbeda hormat kita kepada mereka yang berpangkat maupun tidak, karena harga diri melarang kita untuk menjilat-jilat dan tidak pula menyombong perihal pangkat. Sebab arti pangkat adalah kewajiban yang dibebankan rakyat kepadanya. Salah untuk menyombong dan tinggi hati, sebab jika dia salah. Akan dihukum, jika dia curang. Akan dituntut. Dan seberat-beratnya hukuman pemimpin adalah kebencian hati orang banyak.
Dalam memiliki suatu pendirian kita pun juga dituntut untuk berani, tidak perlu takut dibenci orang lain. Sebab hal itu berdasarkan pandangan, pemahaman dan pembelajaran kita. Berani pula untuk mengubah pendirian kita jika menemukan suatu alasan yang kuat juga syarat keberanian. Jika telah berani menentukan pendirian kenapa tidak bersedia mengubahnya jika ternyata salah ? bukankah pokok utama pendirian ialah menuntut kebenaran ? Orang yang merdeka tidak takut terhadap kemerdekaan orang lain.
 Saat engkau berani, saat itulah engkau memiliki pribadi.akan tetapi. Jika engkau tidak berani maka lemparkanlah jubah harga diri mu dan ambillah cangkul, maka habislah perkara
Takut gagal adalah gagal yang sebenarnya, takut mati adalah mati sebelum mati. Hidup adalah gerak dan gerak adalah maju, berjuang, naik, jatuh pun tak apa, lalu  naik lagi. Kita masih terhijab akan apa yang mungkin terjadi besok. Oleh karena itu tidak boleh ada waktu yang terbuang, teruslah berjuang, teruslah berani.
Umur bukanlah ukuran tahun. Akal bukanlah ukuran tubuh. Sehari hidup singa di rimba. Seratus tahun bagi si domba

-Rizki Rinaldi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merayu Kepulangan Matahari

Mencuri Sepertiga Malam

Review Buku Tetralogi Laskar Pelangi