Belajar untuk Allah
Ilmu
Pengetahuan Mengantarkan Kita Pada Sang Pencipta
Dominasi
barat dalam ideologi serta pertukaran budaya telah menimbulkan masalah baru
bagi Indonesia, memicu semakin banyak perubahan politik, sosio-kultural serta ekonomi.
Salah satu tantangan besar saat ini ialah humanism secular atau
menurut ketua MUI KH Ma’ruf Amin merupakan radikalisme sekuler. Secara garis
besar konsep sekulerisme bertujuan mendelegitimasi agama, menegaskan pemisahan
agama dan negara dengan menolak agama pada politik, ekonomi dan sosial budaya.
Dan contoh permasalahan yang paling dekat ialah pada kampus kita sendiri,
Pendidikan agama islam yang ditawarkan dari semester awal menjadi semester
akhir, banyaknya kenakalan intelektual pelajar yang mulai menjauhkan diri dari
agama dan hal melenceng lainnya
Masalah
berlanjut pada generasi muda sebagai generasi perlanjut perbaikan. Tidak
didapatkannya pendidikan agama di awal pada kerasnya sekulerisme kampus
menjadikan mahasiswa kehilangan pegangan pada akhlak dan moral yang justru
dapat menjatuhkan kepada radikalisme, entah yang dimaksud radikalisme dalam
beragama ataupun radikalisme sekuler. Mahasiswa-mahasiswa yang mempelajari
ilmunya menggunakan metode-metode rasionalitas rentang gagal paham di dalam
mempelajari agama, menafsirkannya kedalam asas-asas logika dan rasional hingga
meragukan kehadiran Allah swt karena dianggap tidak sesuai dengan hukum sebab
akibat, pendidikan yang keliru tersebutlah yang perlu klarifikasi.
Padahal, setiap
ilmu hakikatnya mengkaji tentang Allah swt, mengantarkan kepada sang pencipta
dengan bahasanya masing-masing, oleh karena itu perhatikan ilmunya, bukan hanya
kepada guru maupun metodenya. Misalkan, terdapat sebuah apotek besar, maka
disana tersusun obat-obatan pada tabung-tabung yang formulanya telah diracik
dan ditakar pada komposisi yang sesuai hingga bersifat menyembuhkan bukan
sebaliknya, dibalik itu pastilah terdapat seorang apoteker handal yang telah
meramu formula tersebut dan menunjukkannya kepada pendatang, begitu pula
terdapat apoteker bola dunia yang telah membuat ramuan makhluk hidupnnya dengan
sangat teliti yang berjumlah ribuan hingga jutaan jenis, masing-masing isi bola
dunia itupun seolah-olah menunjukkan formula-formula kimiawi telah diracik
secara menakjubkan. Apotek bola dunia itulah yang menunjukkan terdapat Apoteker
yang mahabesar dan mahabijak dalam mengatur apoteknya.
Salah
satu perumpamaan lain yang mematahkan metode sebab-akibat ialah ketika kita duduk
diatas kursi yang kaki belakangnya tidak ada, maka kita menyandarkan kursi
tersebut pada kursi lain yang kondisinya sama, kemudian anda menyandarkannya
lagi, maka tidak akan berhenti susunan kursi tersebut tanpa akhir, artinya
untuk menjelaskan hakikat Allah swt dengan menggunakan metode tersebut pun
membutuhkan akal yang jumlahnya tidak terbatas dan tidak dapat diletakkan pada
dimensi ruang dan waktu. Dengan beberapa perumpamaan tersebut maka sejatinya
seluruh ilmu yang saat ini kita pelajari adalah ilmu yang mengkaji dan
mengantarkan kita kepada sang pencipta yang maha mengetahui dan maha esa.
Sebagai
mahasiswa yang sedang dilanda haus akan ilmu pengetahuan, penjagaan akal ialah
kunci utama agar tidak gagal dalam memahami islam, maraknya kasus dimana
pelajar-pelajar meninggalkan islam atau mengasumsikan agama sebagai candu atas
ketidakmampuannya ilmu pengetahuan dalam menguak misteri-misteri alam terjadi
karena kesalahan metode berpikir. Metode-metode dalam mencari ilmu haruslah dimulai
dengan keyakinan dan akal, bukan sekedar akal yang tidak didampingi keyakinan
agar ilmu yang didapatkan maksimal dengan akidah yang kokoh.
Di
dalam mencari ilmu manusia cenderung menganggap bahwa akal adalah hal paling
prinsipil di dalam diri mereka, hal inilah yang harus diubah karena
kecenderungan tersebut nyatanya kurang tepat, sebelum akal terdapat keyakinan
sebagai kausa prima yang tidak bisa didahulukan, nyatanya dalam kehidupan
sehari-hari manusia diberi akal yang sama namun berbeda dalam kemampuannya,
berarti akal masih diatur oleh sesuatu dan segala yang butuh dikendalikan
bukanlah yang utama. Dengan mengubah pola pikir tersebutlah kita akan terjaga
dari bibit-bibit sekulerisme dibidang pendidikan.
Penjagaan
lain yang tidak kalah penting berupa mentoring-mentoring yang ditawarkan kepada
mahasiswa baru sebelum memulai pendidikan didunia kampus. Struktur mentoring
yang terdiri dari beberapa mahasiswa dan seorang pembimbing menjadi keunggulan
karena diskusi akan berjalan secara optimal dan fungsi mentoring sebagai upaya
pendidikan agama islam secara dini pada fase perkuliahan akan lebih mudah
tercapai.
Terakhir,
penulis menutup dengan mengajak pembaca agar dalam menjalankan tugas utama
mahasiswa sebagai pelajar tidak terjebak di dalam kenakalan intelektual yang
gagal dalam memahami islam karena penerapan metode yang tidak tepat. Penulis
meminta pembaca agar senantiasa melakukan penjagaan terhadap sesamanya,
bibit-bibit sekulerisme yang sebenarnya sudah cukup lama menginfiltrasi dunia
kampus bisa dicegah dengan memperkuat
gerakan-gerakan islam yang mengajak kepada kebaikan. Karena sejatinya dengan
metode-metode yang tepat setiap ilmu akan mengantarkan pemiliknya kepada sang
pencipta.
Sumber
referensi
Bahreisy, Fauzi Faishal (Penterjemah), 2014, Mursyid
asy-syahab-tuntunan generasi muda risalah nur, Jakarta, risalah nur press
Bahreisy, Fauzi Faishal (Penterjemah), 2011, Islam
Rahmatan Lil ‘Alamin, Jakarta, Replubika
Christiyaningsih, 2017, MUI:
Radikalisme Sekuler Juga Harus Diberantas, nasional republika, (24 mei 2017)
Abdurrohman, Muhammad Nur,
2017, Menristek Dikti: MKU Pendidikan Agama akan Ada di Semester 7, detik.com,
(16 Juni 2017)
Pratama, Riswanda Nanda,
2014, Sekulerisme : Pengaruh modernisasi terhadap akhlak masyarakat saat ini,
Yusuf, Mohammad, 2016, Berilmu Hanya Usaha Mendekatkan Diri Kepada Allah
SWT, diambil dari https://www.dakwatuna.com/2016/09/11/82650/berilmu-usaha-mendekatkan-diri-allah-swt/#axzz4oIrdZbwq
( 1 agustus 2017)
-Rizki Rinaldi
Komentar
Posting Komentar