Bukan Sekedar Tanggung dan Menjawab, Bukan Sekedar Wajib
Tanggung Jawab dan kewajiban Penyempurna Pribadi ?
“Dalam jiwa yang bertujuan suci dan berkehendak mulia senantiasa muncul ilham dalam pekerjaan”
Adalah sebuah pembuka terbaik menurut saya untuk mencantumkan kata-kata orang hebat disetiap artikel saya agar kita bisa memulai memahami dengan kacamata orang-orang hebat tersebut.
Jelas dimasa ini masyarakat selalu menuntut kemunculan insan-insan yang berani bertanggung jawab dan tidak mengelak dari amanah yang dititipkan kepundak-pundak nya serta berani menanggung resiko atas apa yang telah dimulai sebagai bentuk kepercayaannya atas kemampuanya sendiri.
Lalu darimana kewajiban bertanggung jawab itu timbul ?
Ia timbul dari hati orang itu sendiri, ia timbul dari batin yang nyatanya telah mendapat cahaya Illahi yang membuatnya mampu mengidentifikasi kebenaran, oleh Karena itu ia tau mana yang harus dikerjakan dan mana yang tidak harus dikerjakan Karena sejatinya memikul kewajiban yang bukan kewajiban diri sendiri adalah menipu batin sendiri (mendustai batin adalah dusta yang paling besar) menguras usia sendiri dan menjatuhkan pribadi ialah semangat budak yang mendorong kita kearah kewajiban yang bukan hanya milik kita, budak tanggung jawab yang muncul dari haus jabatan.
Banyak orang yang mampu memikul tanggung jawab mengelak dan banyak pula orang yang sebetulnya tidak dapat menyempurnakan tanggung jawabnya justru berkejar-kejaran dan menjadikan penyerahan tanggung jawab sebagai perebutan tanggung jawab, padahal kita sama-sama tau ; pekerjaan yang dilakukan bukan oleh ahlinya akan mendatangkan mudharat dan amanah adalah perihal yang sangat berat untuk ditangani apalagi oleh yang bukan ahlinya
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
________________________________________
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (al-ahzab : 72)
Tapi jika orang yang mengejar pangkat dipandang sebuah kesalahan, tetap saja orang yang mengelak dari tanggung jawab padahal ia sanggup tentu lebih salah lagi, itulah tanda pengecutnya, tanda penakutnya, takut celaan hingga akhirnya tenggelam dalam bayang-bayang sendiri. Padahal jelas kalau dipikir lebih dalam lagi hal yang harus lebih ditakuti ialah mengecewakan ummat Karena lari dari problematika ummat yang ia mampu untuk menanggungnya.
Memang, iya memang dalam berani memikul tanggung jawab jelas ada titik kesulitannya, tapi apa hidup akan selalu datar ? adakah aspek kehidupanmu yang tiada menemui kesulitan ? justru halangan dan kesulitan itulah yang akan membuatmu mampu menghadapi kesulitan yang lain ketika bertemu kembali dan hakikatnya ialah halangan itu yang akan membawamu jauh kepuncak.
Keberanian bertanggung jawab akan menghadirkan orang yang menghargai dan memuji, namun keberanian itu juga yang akan menghadirkan orang yang membenci dan mencela, tapi justru kedua itulah yang akan membuatmu lebih berhati-hati dan memperbagus kerjamu, sehingga membuatmu bernilai lebih dari seribu manusia. Ketika kau pasang mantel tanggung jawab itu maka selama itu namamu takkan pernah lepas dari orang yang memujimu dan mencelamu, mereka yang meninggi-ninggikan engkau hingga ke cakrawala, dan mereka yang berusaha membenamkan engkau ke lautan pedih lelahnya tanggung jawab, tapi, tapi tapi… ialah kedua itu yang menjadi kebesaranmu, pujaan dan celaan, tanpanya matilah nyawa pemikul tanggung jawab meski nafas masih tertiup.
-Rizki Rinaldi
Komentar
Posting Komentar